Breaking News

Wednesday, 27 January 2016

Alih Fungsi Hunian Di Jl. Agus Salim Pekalongan

Ilustrasi By Desaininterior.me
Perkembangan Kota Pekalongan terpantau seiring dengan hadirnya investasi Pemerintah RI dibidang energi khususnya sumber daya listrik. Setelah ditetapkannya lokasi yang cocok untuk mendirikan proyek listrik terbesar se-Asia Tenggara di Ujung Negoro, Kabupaten Batang, secara beruntun Kota Pekalongan yang berjarak kurang lebih 15 km dari lokasi proyek listrik berkapasitas 2 x 1.000 MW kebanjiran investor.

Beberapa brand hotel berbintang hadir di Kota Pekalongan salah satunya hotel Horison dan hotel Santika yang berdiri berdampingan diruas jalur Pantura tepatnya di jalan Gajah Mada Pekalongan. Selain itu tumbuh menjamurnya usaha kuliner dan butik modern yang menjajakan Batik khas Pekalongan cukup meramaikan perdagangan yang mendukung sektor pariwisata di Kota Batik ini.

Ruas jalan di dalam kota banyak yang beralih fungsi dari rumah untuk hunian menjadi restoran, butik Batik dan pusat kecantikan seperti yang terjadi di jalan H. Agus Salim. Dari pantauan yang kami dapat ada beberapa butik Batik lokal yang membuka operasional bisnis di jalan H. Agus Salim, seperti butik batik Qonita, Pisang Bali, Tikba, Rajaswa dan Lu-Za.

Sedangkan Pusat kuliner rakyat terkumpul di area pinggir lapangan sorogenen. Untuk kuliner kelas menengah hadir diantaranya restoran Jade “bebek Peking”, Sego Dalem “Purimas”, Teras Bali, Orange Cafe, dan Waroeng Oemang.

Hadirnya kuliner kelas menengah disambut positif oleh warga Kota Pekalongan karena dirasa mampu mengangkat citra pelanggan akan perubahan gaya hidup saat ini. Apabila ditilik dari penawaran harga sajian menu makanan, restoran Jade “Bebek Peking” memiliki menu termahal yakni Salad 7 Pelangi yang satu porsinya dibanderol dengah harga Rp.350.000,- sedangkan untuk menu termurah Waroeng Oemang menyediakan paket irit ayam goreng/bakar plus teh anget dibanderol dengan harga Rp.10.000,-.

Keberadaan Waroeng Oemang dan Restoran Jade “Bebek Peking” merupakan alih fungsi dari rumah untuk hunian menjadi tempat usaha kuliner. Dengan menjadikan aset warisan keluarga lebih produktif untuk menghasilkan rupiah, mereka para pemilik bisnis optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan kedepannya.

Lahan di kawasan jalan H. Agus Salim mengalami progresifitas kenaikan harga cukup signifikan dalam kurun waktu 3 – 5 tahun terakhir ini. Dominasi warga Pekalongan keturunan Arab memang sejak dari dulu berada di kawasan ini, bahkan bisa dikatakan bahwa kawasan jalan Agus Salim merupakan kampung Arab.

Secara pasaran yang berkembang saat ini nilai transaksi tanah di lokasi jalan Agus Salim Pekalongan telah mencapai Rp.15.000.000,-/m2 nya. Hal ini merupakan nilai tanah tertinggi kedua setelah jalan Diponegoro kota Pekalongan.

Tingginya harga tanah di jalan Agus Salim Pekalongan mempengaruhi kenaikan tarif pembayaran PBB dalam kurun waktu 1-2 tahun terakhir ini, sebagaimana dikatakan oleh bapak Iwan pemilik restoran Jade “Bebek Peking” telah membayar PBB nya sebesar 4 jutaan rupiah untuk kepemilikan lahan seluas 934 m2, sedangkan bapak Oemang pemilik Waroeng Oemang membayar PBB nya sebesar 3 jutaan untuk kepemilikan lahan seluas 370 m2.

No comments:

Post a Comment

Designed By Nusantara Property